Cara Mengajar Efektif, Menyenangkan dan Tegas
Mendidik dan Mengajar adalah tugas pokok dan
tuntutan atas profesi yang disandang oleh seseorang yang dikenal dengan istilah
Guru. Dalam menjalankan profesinya seorang guru juga harus dituntut
professional artinya harus memiliki sikap kecintaan dan semangat yang terus
menerus pada bidang pendidikan. Dengan kata lain selalu ada keinginan untuk
membuat siswa belajar dengan senang dan mencapai keberhasilan sehingga para
guru harus mampu mengembangkan kualitas akademik dan kompetensinya secara
berkelanjutan.
Menjadi guru sebenarnya merupakan
perjalanan spiritual, dalam konteks agama Islam kita mengenal Ihsan. Pemahaman
iman dalam etos kerja (mengajar) seorang guru yang professional adalah
bagaimana ihsan dalam bekerja. Ihsan mengandung makna berkualitas baik dan indah.
Bekerja bukan hanya untuk duniawi saja namun juga ukhrowi, lantaran Islam
menganggap keduanya sebagai satu kesatuan dan system kerja yang terintegrasi. Maka dalam hal ini, ada tiga tahapan ketika
seorang muslim bekerja.
1. Tahap Pertama, dasar fundamental seseorang
bekerja adalah dengan memantapkan dirinya dengan iman atau hanya mengabdi
kepada Allah semata.
2. Tahap Kedua, melaksanakan pekerjaan dengan
model Arkanul Islam, yakni: merasa bersama Allah dalam bekerja;
3. Tahap ketiga, melaksanakan tugas sebaik-baiknya,
sempurna kualitas hasil dan juga motifnya lantaran merasa diawasi dan selalu
bersama Allah.
Guru harus memaknai pekerjaan yang
dilakukannya itu sebagai ibadah dimana kompensasi yang diperoleh bukan
materi semata melainkan juga pahala dari Allah. Bermakna ibadah artinya
ketika mengajar harus diniati karena Allah, merasa diawasi oleh Allah
dan berharap output yang dihasilkan bermanfaat bagi kemaslahatan anak
didik sehingga menjalaninya dengan penuh kesungguhan.
Bukanlah suatu alasan guru harus meninggalkan
tugas pokoknya mengajar hanya untuk ngobyek guna memenuhi tuntutan ekonomi
meskipun kita sadar bahwa penghasilan yang diperoleh belum bisa sepenuhnya
memenuhi tuntutan hidup yang semakin tinggi. Namun bukankah sesungguhnya
mendidik dan mengajar itu merupakan proses menjalankan amanah. Amanah dari
Allah bahwa kita diberi kelebihan atas ilmu yang harus disampaikan kepada orang
lain/anak didik kita sesuai dengan hadits nabi sampaikanlah ilmumu walau hanya
satu ayat.
Dalam kaitannya tugas guru mendidik dan
mengajar maka pendekatan hati sangatlah penting. Artinya hati (qalb)
menempati titik sentral dalam proses interaksi guru dan siswa sehingga membawa
perubahan dan kebaikan dalam kehidupan peserta didik. Hati/qalb dilihat
dari bahasanya berarti bolak-balik (labil). Sesuatu yang labil membutuhkan
suatu panduan yang dapat mengarahkannya pada kebaikan. Rasulullah menyebutkan
dalam suatu haditsnya bahwa jika segumpal daging (hati) jelek maka jeleklah
perilakunya, sebaliknya bila ia baik maka baiklah seluruh perilakunya. Di
samping itu, Alquran juga memaknai hati dengan akal (QS Al hajat:46) yang mampu
memahami realitas kehidupan untuk kepentingan kedekatan diri dengan Allah dan
kedekatan diri dengan manusia.
Mendidik dan mengajar dengan hati berarti
guru memberikan contoh yang baik bagi anak didik kita. Proses keteladanan
atau memberi contoh melalui sikap dan tingkah laku yang baik merupakan strategi
yang ampuh dari sekadar mengajar di depan kelas. Semua itu berpulang pada
bagaimana kita mampu mengefektifkan dan mengarahkan hati kita menjadi bersih
dan suci. Karena dari hati bersih dan suci itulah akan terpancar perilaku
yang bersih dan suci pula. Apa bila ini bisa diterapkan di setiap jenjang
satuan pendidikan maka bullying/kekerasan di dunia pendidikan tidak akan
terjadi. Dengan demikian tanggung jawab guru tidak hanya pada tataran
administrasi seperti mengerjakan BPS (Buku Perkembangan Siswa) dan
overview atau bagaimana siswanya bisa lulus dari suatu jenjang pendidikan,
memperoleh nilai-nilai yang mengacu pada kompeten dan belum kompeten atau
menganggap Bintang Pelajar hanya sebagai Bimbel saja melainkan juga tanggung
jawab moral yang pertanggung jawabannya didepan Allah. Bukankah ilmu yang
bermanfaat dan anak sholeh yang selalu mendoakan orangtuanya adalah pahala yang
terus mengalir meskipun kita sudah mati. Pada titik inilah mudah-mudahan
apa yang dicita-citakan dari pendidikan bisa terwujud. Untuk bisa mewujudkan
hal itu semua, seorang guru harus memiliki beberapa keterampilan khusus dalam
mengajar walaupun hanya kelas ukuran kecil.